Friday 22 May 2020

Hadis berikut ini, seharusnya cukup menjadikan kita takut untuk tidak memberi kepada seseorang saudara Islam kita atau insan lainnya, yang meminta. Apatah lagi yang memerlukan tetapi tidak meminta.

Ajaran Islam pada dasarnya, mengajar kita menjadi orang yg memberi, yakni pemurah dan ihsan. Sehinggakan keadaan kita "punya kelebihan" atau "berkecukupan", atau "kesempitan" sekalipun, kita dituntut untuk memberi demi membantu yang lain yang lebih memerlukan.
Oleh itu usahlah kita mempersoal berlebihan sekiranya ada pihak meminta bantuan, apatah lagi yang sampai menagih belas ihsan.



Namun, Rasulullah ﷺ juga telah memperingatkan pentingnya qana'ah (cukup bersyukur dengan yang ada), kurang baiknya tangan yang menerima, berdosa dan beratnya siksa bagi orang yang meminta sedangkan ia berkecukupan atau tidak layak meminta, yang mengambil hak orang lain yang lebih memerlukan.

Begitu juga pada masa yang sama kita diingatkan menghindarkan diri daripada membantu orang yg zalim melakukan kezaliman, berbuat dosa, mengambil hak orang lain yakni usah biarkan orang yang tidak layak mengemis, meminta dan menipu.

Maka ambillah jalan pertengahan, setelah menilai tanpa keterlaluan, cukup dengan ada sangkaan yang kuat bahawa saudara Islam kita itu atau insan yang memerlukan itu, benar2 memerlukan bantuan sama ada ia meminta atau tidak, apatah lagi yang ada kemungkinan memerlukan tidak berkecukupan tetapi tidak meminta, berikanlah, hulurkan bantuan, sebab kita khuatir tidak dapat menjawab pertanyaan Allah seperti dalam hadis berikut:

Dari Abu Hurairah, dari Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam, Allah Ta’ala berfirman di hari Kiamat:

« يَا ابْنَ آدَمَ مَرِضْتُ فَلَمْ تَعُدْنِي . قَالَ : يَارَبِّ ،كَيْفَ أَعُودُكَ وَأَنْتَ رَبُّ الْعِزَّةِ ؟ فَيَقُولُ : أَمَاعَلِمْتَ أَنَّ عَبْدِي فُلانًا مَرِضَ فَلَمْ تَعُدْهُ ، وَلَوْ عُدْتَهُ لَوَجَدْتَنِي عِنْدَهُ ؟ وَيَقُولُ : يَا ابْنَ آدَمَ ، اسْتَطْعَمْتُكَ فَلَمْ تُطْعِمْنِي . فَيَقُولُ : كَيْفَ أُطْعِمُكَ وَأَنْتَ رَبُّ الْعِزَّةِ ؟ فَيَقُولُ : أَمَا عَلِمْتَ أَنَّ عَبْدِي فُلانًا اسْتَطْعَمَكَ فَلَمْ تُطْعِمْهُ ، أَمَاعَلِمْتَ أَنَّكَ لَوْ أَطْعَمْتَهُ لَوَجَدْتَ ذَلِكَ عِنْدِي ؟ وَيَقُولُ : يَا ابْنَ آدَمَ اسْتَسْقَيْتُكَ فَلَمْ تَسْقِنِي . فَيَقُولُ : أَيْ رَبِّ ، وَكَيْفَ أَسْقِيكَ وَأَنْتَ رَبُّ الْعِزَّةِ ؟ فَيَقُولُ : أَمَاعَلِمْتَ أَنَّ عَبْدِي فُلانًا اسْتَسْقَاكَ فَلَمْ تَسْقِهِ ، وَلَوْ سَقَيْتَهُ لَوَجَدْتَ ذَلِكَ عِنْدِي ؟ » .
Hai anak Adam, Aku telah sakit, tetapi engkau tidak menjenguk-Ku. Orang itu bertanya: Wahai Tuhan, bagaimana cara saya menjenguk-Mu, sedangkan Engkau Tuhan penguasa alam semesta? Allah menjawab: Apakah engkau tidak mengetahui bahwa seorang hamba-Ku bernama Fulan sedang sakit tetapi engkau tidak mau menjenguknya. Sekiranya engkau mau menjenguknya, pasti engkau dapati Aku di sisinya.

Wahai anak Adam, Aku minta makan kepadamu, tetapi engkau tidak mau memberikan makan kepada-Ku. Orang itu bertanya: Wahai Tuhan, bagaimana caranya saya memberi makan kepada-Mu, sedang Engkau Tuhan penguasa alam semesta? Allah berfirman: Ketahuilah, apakah engkau tidak peduli adanya seorang hamba-Ku, si Fulan, telah datang meminta makan kepadamu, tetapi engkau tidak memberinya makan. Ketahuilah, sekiranya engkau mau memberinya makan, pasti engkau akan menemukan balasannya di sisi-Ku.

Wahai anak Adam, Aku minta minum kepadamu, tetapi engkau tidak mau memberi-Ku minum. Orang itu bertanya: Wahai Tuhan, bagaimana caranya aku memberi-Mu minum, padahal Engkau Tuhan penguasa semesta alam? Allah berfirman: hamba-Ku, si Fulan, minta minum kepadamu tetapi engkau tidak mau memberinya minum. Ketahuilah, sekiranya engkau memberinya minum, pasti engkau akan menemui balasannya di sisi-Ku. [HR. Muslim]

No comments:

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.