Persiapkan Dirimu Dalam Meyambut Ramadan
Bila kita menginginkan kebebasan dari Neraka pada waktu Ramadan, dan ingin diterima amalnya serta dihapus segala dosanya, maka harus ada bekal yang dipersiapkan. Allah ﷻ berfirman:
(وَلَوْ أَرَادُوا الْخُرُوجَ لأعَدُّوا لَهُ عُدَّةً وَلَكِنْ كَرِهَ اللَّهُ انْبِعَاثَهُمْ فَثَبَّطَهُمْ وَقِيلَ اقْعُدُوا مَعَ الْقَاعِدِينَ (٤٦
“Dan jika mereka mau berangkat, tentulah mereka menyiapkan persiapan untuk keberangkatan itu. Tetapi Allah tidak menyukai keberangkatan mereka, maka Allah melemahkan keinginan mereka. Dan dikatakan kepada mereka: “Tinggallah kamu bersama orang-orang yang tinggal itu.” [QS. At Taubah: 46]
Harus ada persiapan!
Dengan demikian tersingkaplah ketidakjujuran orang-orang yang tidak memersiapkan bekal untuk berangkat menyambut Ramadan. Oleh sebab itu, dalam ayat di atas mereka dihukum dengan berbagai bentuk kelemahan dan kehinaan, disebabkan keengganan mereka untuk melakukan persiapan.
Sebagai persiapan menyambut Ramadan, Rasulullah ﷺ memerbanyak puasa pada waktu Syaban. ‘Aisyah radhiallahu ‘anhu berkata:
وَلَمْ أَرَهُ صَائِمًا مِنْ شَهْرٍ قَطُّ أَكْثَرَ مِنْ صِيَامِهِ مِنْ شَعْبَانَ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ إِلاَّ قَلِيلاً
“Saya sama sekali belum pernah melihat Rasulullah ﷺ berpuasa dalam satu bulan sebanyak puasa yang beliau lakukan pada waktu Syaban. Di dalamnya beliau berpuasa sebulan penuh.” Dalam riwayat lain, “Beliau berpuasa di bulan Syaban, kecuali sedikit hari.” [HR. Muslim: 1156]
Beliau ﷺ tidak terlihat lebih banyak berpuasa di satu bulan melebihi puasanya pada waktu Syaban. Dan beliau ﷺ tidak menyempurnakan puasa sebulan penuh kecuali pada waktu Ramadan.
Sebagian ulama mengatakan:
السنة مثل الشجرة و شهر رجب أيام توريقها و شعبان أيام تفريعها و رمضان أيام قطفها و المؤمنون قطافها جدير بمن سود صحيفته بالذنوب أن يبيضها بالتوبة في هذا الشهر و بمن ضيع عمره في البطالة أن يغتنم فيه ما بقي من العمر
“Waktu setahun itu laksana sebuah pohon.
• Rajab adalah waktu menumbuhkan daun,
• Syaban adalah waktu untuk menumbuhkan dahan, dan
• Ramadan adalah bulan memanen.
Pemanennya adalah kaum Mukminin. (Oleh karena itu), mereka yang “menghitamkan” catatan amal mereka, hendaklah bergegas “memutihkannya” dengan tobat di bulan-bulan ini. Sedang mereka yang telah menyia-nyiakan umurnya dalam kelalaian, hendaklah memanfaatkan sisa umur sebaik-baiknya (dengan mengerjakan ketaatan) di waktu tesebut.” [Lathaaiful Ma’arif hal. 130]
Agar buah bisa dipetik ketika Ramadan, harus ada benih yang disemai, dan ia harus diairi sampai menghasilkan buah yang rimbun. Puasa, qiyamullail, bersedekah, dan berbagai amal saleh ketika Rajab dan Syaban, semua itu untuk menanam amal saleh ketika Rajab dan diairi pada waktu Syaban. Tujuannya agar kita bisa memanen kelezatan puasa dan beramal saleh ketika Ramadan. Karena lezatnya Ramadan hanya bisa dirasakan dengan kesabaran, perjuangan, dan tidak datang begitu saja. Hari-hari Ramadan tidaklah banyak. Perjalanan hari-hari itu begitu cepat. Oleh sebab itu harus ada persiapan yang sebaik-baiknya.
Jangan lupa perbarui tobat. Tobat menunjukkan tanda totalitas seorang dalam menghadapi Ramadan. Dia ingin memasuki Ramadan tanpa adanya sekat-sekat penghalang yang akan memerkeruh perjalanan selama mengarungi Ramadan.
Allah memerintahkan para hamba-Nya untuk bertobat(taubat), karena tobat wajib dilakukan setiap saat. Allah ﷻ berfirman:
(وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (٣١
“Bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman, supaya kamu beruntung.” [QS.An Nuur: 31]
Tobat yang dibutuhkan bukanlah seperti tobat yang sering kita kerjakan. Kita bertobat, lidah kita mengucapkan, “Saya memohon ampun kepada Allah”, akan tetapi hati kita lalai. Akan tetapi setelah ucapan tersebut, dosa itu kembali terulang. Namun yang dibutuhkan adalah totalitas dan kejujuran tobat.
Jangan pula tobat tersebut hanya dilakukan ketika Ramadan, sementara di luar Ramadan kemaksiatan kembali digalakkan. Ingat! Ramadan merupakan momentum ketaatan sekaligus madrasah untuk membiasakan diri beramal saleh, sehingga jiwa terdidik untuk melaksanakan ketaatan-ketaatan di sebelas bulan lainnya.
Mari kita persiapkan diri kita dengan memerbanyak amal saleh di dua bulan ini, Rajab dan Syaban, sebagai modal awal untuk mengarungi Ramadan yang akan datang sebentar lagi.
Ya Allah mudahkanlah dan bimbinglah kami. Aamiin.
Waffaqaniyallahu wa iyyakum.
No comments:
Post a Comment
Note: only a member of this blog may post a comment.